FISIP UMSU | Sebagai Kampus Terakreditasi A sekaligus Kampus Terbaik di Medan SUMUT, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) memiliki beberapa Fakultas dengan Akreditasi A. Salah satunya adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). FISIP memiliki 1 Jurusan dengan Akreditasi Unggul, yaitu Jurusan Ilmu Komunikasi. Jurusan ini juga mempelajari bagaimana kita berkomunikasi melalui media sosial. Dewasa ini, kekerasan seksual semakin banyak terjadi seiring berkembangnya akses media sosial berbasis teknologi. Kemajuan teknologi khususnya teknologi berbasis internet sangat terlihat jelas dalam kehidupan saat ini. Salah satu fenomenanya yaitu adanya smartphone, laptop, Personal Digital Assistant. Tak hanya itu, kemajuan teknologi semmakin berkembang dengan adanya berbagai aplikasi dan media sosial yang dapat dikatakan sebagai kebutuhan setiap individu. Dapat dilihat bahwa fenomena ini membuat kehidupan perlahan berubah, jarak yang jauh tak lagi jadi masalah, informasi yang didapatkan juga sudah sangat transparan dibandingkan zaman-zaman sebelumnya. Kemajuan teknologi berbasis internet ini tak hanya memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi, namun juga mudah dlam menjalani rutinitas.
Dari berbagai macam bidang kehidupan yang dijalani dengan teknologi berbasis internet ini, salah satunya adalah bidang kehidupan seksualitas. Jika berbicara tentang seksualitas, tentu saja hal ini bukan lagi suatu hal yang tabu. Karena memang hampir semuanya sudah dapat diakses di aplikasi maupun media-media sosial yang ada. Tentunya dengan kemudahan ini, konsekuensi sosial atas seksualitas dalam kehidupan bisa menjadi positif namun juga bisa berdampak negatif.
Mungkin kekerasan seksual yang terjadi di zaman-zaman dahulu hanya terjadi dalam bentuk fisik saja. Namun, di era digital sekarang ini dengan berbagai macam kemajuan teknologinya menjadi hal yang dimanfaatkan para predator/tersangka kekerasan seksual melalui aplikasi maupun media sosial yang ada. Bentuk kekerasan seksual ini dapat disebut dengan istilah “Sexting”.
Dalam bukunya yang berjudul “Sexting Gender and Teens” (2014) Judith Davidson, menjelaskan bahwa sexting merupakan aktifitas mengirim pesan atau gambar seksual secara eksplisit, atau menonjolkan materi seksual melalui produk teknologi yang terhubung jaringan internet (dalam hal ini smartphone). Smartphone ini tentu harus didukung dengan berbagai aplikasi pesan dan media sosial, seperti WhatsApp, Telegram, Facebook, Line, Instagram, Twitter dan lain sebagainya.
Pada aktifitas sexting terdapat dua bentuk pesan, yaitu pesan verbal dan nonverbal. Sebagai pesan verbal, diwujudkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang bernada seksual (kalimat menggoda, merayu, bahkan tidak senonoh). Sementara sexting nonverbal dinyatakan dalam bentuk emoticon, video, foto, dan gambar atau stiker yang juga bernada seksual.
Kegiatan sexting juga dapat dilihat dari sisi produksi media dan ekspresi diri. Contoh produksi media yaitu produks konten seks dan seksualitas yang menyoroti aspek privasi pada pembuatan konten seksual. Sebagai ekspresi diri, “sexting” merupakan aktivitas yang bisa saja terjadi pada semua individu, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, masyarakat biasa sampai menengah ke atas, tokoh publik samap tokoh agama. Pelaku dari sexting disebut dengan sexter.
Sekarang ini, dapat dilihat besar dari jumlah masyarakat yang ada menggunakan aplikasi dan media sosial berbasis internet dan produk teknologi untuk berkomunikasi. Tidak sedikit yang tanpa sadar sudah melakukan kegiatan sexting. Misalnya saja para remaja yang sedang menjalani hubungan spesial, tanpa sadar apa yang mereka lakukan adalah bentuk dari sexting. Tak hanya dalam hubungan berpacaran, hubungan antar atasan dan bawahan, kemudian pertemanan dan perselingkuhan juga termasuk dalam sexting.
Maka dari pada itu, kekerasan seksual akan terus terjadi jika tidak ada kesadaran untuk terus memanfaatkan kemajuan teknologi, internet dan berbagai aplikasi serta media sosial dengan positif, bijak, dan sehat. Karena kendali seksualitas diri adalah pada individu itu sendiri.