Untuk mendukung peningkatan mutu akademik, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (FISIP-UMSU) menggelar workshop Penulisan Buku dengan tema Cerdas Menghasilkan Karya Bermutu, Kamis (30/8) di Aula Penjaminan Mutu UMSU.
Dekan FISIP UMSU Dr Arifin Saleh, MSP dalam sambutannya mengatakan, Workshop penulisan buku ini merupakan agenda kerja FISIP UMSU yang telah lama direncanakan. Awalnya menurut Arifin, Workshop ini hanya ditujukan bagi dosen-dosen FISIP UMSU. Namun karena ada minat yang tinggi juga maka kami mengundang dosen-dosen dari fakultas lainnya di lingkungan UMSU termasuk sekolah Pascasarjana UMSU.
“Karena bagaimanapun juga, penulisan karya ilmiah berupa buku merupakan salah satu dari tugas dosen selaku tenaga pendidik. Maka kami sengaja mengundang dua orang dosen yang produktif dalam penulisan buku dan mengetahui bagaimana cara menembus penerbit buku nasional,” ujarnya.
Kedua penulis yang menjadi narasumber pada Workshop ini adalah Nurudin, S.Sos, M.Si yang merupkan dosen di Universitas Muhammadiyah Malang dan Fajar Junaedi, S.IP, M.Si yang merupakan dosen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kedua penulis ini menurut Arifin memiliki kapasitas yang luar biasa dalam penulisan buku.
“Pak Nurudin misalnya, sudah menulis sejak tahun 1997 hingga saat ini. Setidaknya sudah ada 17 buku yang ia hasilkan dalam bidang ilmu komunikasi dan diterbitkan oleh penerbit nasional. Sedangkan Fajar Junaedi juga memiliki reputasi yang sama,” ungkapnya
Selain itu, hal yang menarik menurut Arifin, kedua narasumber ini berhasil membuat mahasiswa mereka ikut menghasilkan karya buku sebagai bagian dari tugas perkuliahan. Tercata lebih kurang terdapat 60 karya buku yang telah dihasilkan oleh mahasiswa mereka.
“Untuk itu, maka kita undang Pak Nurudin dan Pak Fajar agar bisa menularkan virus positif kepada kita untuk dapat menulis buku dan menerbitkannya dipenerbit nasional,” tuturnya.
Pada acara workshop tersebut, Nurudin memberikan pemahaman kepada seluruh peserta bahwa kemampuan menulis itu bukanlah kemampuan yang didapatkan secara alamiah. Tetapi membutuhkan proses dan bertahap. Ia mencontohkan seperti kendi, jika tidak diisi air maka kendi tersebut tidak dapat mengeluarkan air.
“Maka kemampuan membaca menjadi sangat penting. Semakin banyak kita membaca dan semakin berkualitas bahan bacaan kita, maka semakin besar kemungkinan kita untuk bisa menuangkan konsep-konsep yang ada dipikiran kita,” ungkapnya.
Selain itu, Nurudin juga memberikan trik agar hasil karya kita bisa diterbitkan oleh penerbit nasional. Pertama, sebagai penulis setidaknya kita harus tau bagaimana redaksi penulisan yang baik; khususnya menyangkut penggunaan titik, koma, huruf kapital, dan mana saja tulisan yang harus dimiringkan.
“Yang terpenting lainnya adalah gaya penulisan. Kalau saya bisanya memakai gaya penulisan yang ilmiah popular karena ingin menembus pasar mahasiswa S1. Apalagi selama ini, banyak buku dengan tema penulisan yang sama tidak menggunakan gaya penulisan yang ilmiah popular, sehingga disanalah ruang saya untuk masuk sebagai penulis buku,” ujarnya.
Sementara itu, Fajar Junaedi menambahkan bahwa tidak ada alas untuk tidak bisa menulis. Apalagi jika itu menyangkut soal waktu. Fajar kemudian berbagi pengalaman tentang bagaimana ia menyepatkan diri untuk menulis.
“Kadang saya lebih sering nulis lewat handphone dengan program Ms, Word. Apalagi setiap waktu menunggu jemputan anak pulang sekolah, saya selalu menyepatkan diri untuk menulis. Bahkan terkadang diatas tempat tidur-pun sebelum tidur saya sempatkan untuk menulis beberapa paragraph dan kemudian saya kirim ke email saya agar tidak diedit di laptop,” tuturnya.
Lebih lanjut fajar juga mengatakan, untuk dapat mempertebal isi buku, jangan lupa untuk menambahi gambar, tabel atau infografis lainnya. Sehingga buku yang dihasilkan menjadi lebih menarik bagi pembaca dan tidak membosankan.
“Maka saya, setiap kali pergi keluar rumah selalu menyempatkan untuk memfoto beberapa fenomena sosial dan komunikasi untuk disimpan sebagai data foto saya jikalau suatu saat diperlukan untuk menjadi bahan dalam buku,” pungkasnya. (*)